Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aku dan Anak-Anak: "Uni Nanti Gak Usah Nikah Aja Ya"

Pakandangan, 22 Juli 2022


Dunia mereka masih hitam putih, tinggal kita mau memberi warna dan corak apa pada mereka, apakah warna terang, gelap atau malah memberi banyak warna dalam hidup mereka (by: Fatmawati)
kiri: Sabil, Ayu, Hanan, Eca, Aini,   
Di acara resepsi pernikahannya abang sepupu, adek-adek datang berkerumun ikutan berfoto di kursi pelaminan, aku tak ingat berapa jumlah mereka, kalo kemungkinan ada belasan anak ikut berfoto bareng aku, ada yang meluk aku dari  belakang, ada yang jahil menjiwil ujung jilbabku, ada yang duduk dipangkuan bahkan rebutan sampai  berantem, terpaksa aku peluk mereka berdua, ada yang duduk di samping kiri kananku, ada yang berdiri di depanku, bahkan ada yang narik ujung gamisku dari samping, sampai-sampai sandalku juga dicopot dari kakiku, bahkan ada yang baru aku kenal ikutan berfoto dekat aku, aku kewalahan, namun aku senang dikelilingi anak-anak, mereka adalah salah satu obat dan sumber kebahagiaan di kala aku pulang ke kampung yang hanya 2x dalam sebulan. Saat pulang dan turun dari ojek, ada saja anak-anak yang datang menyapa dan memelukku: 
"uni paik, kak ipaik, kak Ipat, Kak Ifat" 

Salah satu adik yang paling nempel denganku, yang tidak mau lepas dariku, bahkan ke kamar mandipun juga ikut, sampai-sampai emakku marah karena nempel terus seperti pacet, namanya Sabil, aku suka memanggilnya dengan Abil, dia berceloteh saat duduk dipangkuanku :

"uni, uni kapan balik ke Padang?"
" uni  balik hari Senin "
"uni gak usah masuk kerja ya, uni di rumah aja temanin Abil main di rumah uni, main sama Akhdan, sama Hanan, sama yang lainnya"
"tapi kan uni harus kerja, uni harus cari uang"
"minta aja sama ibuk Abil, uang ibuk Abil banyak kok, uni gak usah masuk kerja aja ya, ya uni"
 "uni harus masuk kerja Abil, kalo uni gak masuk nanti uni dipecat ,  nanti uni pulang kampung lagi kok"
"beneran ya uni, janji ya "
"iya Abil" 
Setelah habis berfoto bareng, adzan Ashar pun berkumandang, mereka berlarian ke surau tempat mereka biasa mengaji, dan aku mengikuti dengan diam-diam dari belakang. Sesi mengaji bersamapun selesai dengan ustadz mereka. Waktu maghrib telah datang, aku ikut sholat berjama'ah bersama mereka, merekapun shalat sambil ada yang main-main, ngajak temannya gelut sampai tertawa cekikikan, baca aamiin sampai imam selesai baca surat An-Nas,  duh, mereka selalu mencari perhatian, makmum anak-anak laki-laki yang di depan menengok ke arahku, yang perempuan ada yang menengok dari samping dan mengikuti gerakanku, nah selesai, saatnya pembacaan do'a, disaat imam membaca do'a, anak samping kiri dan kananku memeluk aku sambil bicara dengan bahasa minang yang aku translate kan ke Bahasa Indonesia:

"Uni uni, uni nanti gak usah nikah aja ya " sahut Aini sambil memeluk dan  meletakkan kepalanya ke bahu kiriku
" lha, emang kenapa Aini?" tanyaku dengan sangat penasaran
"nanti, kalo uni nikah, uni gak sayang kita lagi, uni  bakal pergi jauh" kata Aini
"tapi kan uni harus nikah nanti"
" gak usah aja uni, uni ndak usah nikah" sambung Echa yang duduk dipangkuanku
"Emang kenapa uni  gak boleh nikah Echa?"
"Nanti kalo uni nikah, uni punya anak, uni gak sayang kita lagi, uni lebih sayang sama anak uni" jawab Echa
"nanti kan kalian juga tambah gede, terus nanti juga punya anak"
"tapi nanti uni tetap sayang sama kita kan?" balas Echa
"ya tetap sayang lah, asal jadi anak yang baik ya " jawabku 
"iya uni" sahut mereka serempak.

Selepas membaca doa, mereka kebagian ceramah panjang sama ustadz mereka karena berisik dan bergelut, selesai sesi ceramah, kamipun bersalaman dan pulang ke rumah masing-masing.

Satu hal yang aku selalu perhatikan dalam dunia anak-anak, setiap anak punya keistimewaan masing-masing, namun mereka punya satu kesamaan, mereka selalu meminta perhatian dengan cara-cara yang mereka sukai, mereka butuh diperhatikan, apapun akan mereka lakukan agar kita berpaling ke mereka dan memperhatikan mereka, entah itu dengan cara menjahili temannya, bergerak terlalu gesit, melakukan hal bodoh, berteriak, dan bahkan bercerita, satu lagi yang selalu tak pernah aku lewatkan, anak-anak suka bercerita, maka dengarkan cerita mereka , meski terkadang cerita mereka konyol bahkan cerita yang mereka sampaikan hanya khayalan dan fantasi mereka sendiri, percayalah, mereka akan sangat senang jika orang yang mereka anggap lebih dewasa dan mereka percayai mau mendengarkan celotehan mereka, aku bahkan sangat senang mendengarkan mereka bercerita, walau terkadang mereka berebutan hendak didengarkan bahkan sampai berantem, tapi tetaplah dengarkan mereka, karena perhatian kita merupakan suatu cara penanaman percaya diri dalam hati mereka. 
  

Post a Comment for "Aku dan Anak-Anak: "Uni Nanti Gak Usah Nikah Aja Ya""