Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Risalah Adab Sulukil Muriid Pasal 16 - Mencari Rezeki

 Risalah Adab Sulukil Muriid

Mencari Rezeki

(Tips Mengenai Urusan Rezeki dan Dua Maqaam yang sudah ditentukan Allah)

بسم الله الرحمن الرحيم

Pasal 16

فصل


وَلتَكُن أيُّها المُريدُ حَسنَ الظَّنِّ بِرَبِّكَ أَنَّهُ يُعينُكَ، وَيَكفِيكَ، وَيَحفَظُكَ وَيَقِيكُ، وَلاَ يَكِلُكَ إِلى نَفسِكَ ،وَلاَ إِلىَ أَحَدٍ مِنَ الخَلقِ، فَإِنَّهُ سُبحَانًهُ قَد أَخبَرَ عَن نَفسِهِ أَنَّهُ عِندَ ظَنِّ عَبدِهِ بِهِ، وَأَخرِجْ مِن قَلبِكَ خَوفَ الفَقرِ وَتَوَقُّع الحاجَةِ إِلى النَّاسِ.

Hendaknya kau wahai murid menjadi orang yang berprasangka baik kepada Tuhanmu bahwasanya Dia itu memperhatikanmu, mencukupimu, menjagamu, melindungimu dan tidak akan menyerahkannmu pada nafsumu serta tidak pula menyerahkan kepada satupun makhluk. Karena Allah subhanaahu telah memberitahukan mengenai diri-Nya bahwa Ia berada dalam sangkaan hamba-Nya. Keluarkanlah dari hatimu ketakutan akan kefakiran dan mengharapkan (tercukupi) kebutuhannya dari sesama makhluk.

وَاحذَر كُلَّ الحَذَرِ مِنَ الاِهتِمامِ بِأَمرِ الرِّزقِ، وَكُن وَاثِقاً بِوَعدِ رَبِّكَ وَتَكَفُّلِهِ بِكَ، حَيثُ يَقولُ تَعالى: (وَمَا مِنْ دَابَّةٍ في الأَرْضِ إِلاَّ عَلى اللهِ رِزْقُهَا) {هود: 6) وَأَنتَ مِن جُملَةِ الدَّوَابِّ،

Perhatikanlah dengan benar-benar (jangan sampai) kau mementingkan urusan rezeki. Percayalah dengan janji Tuhanmu dan dengan jaminan-Nya kepadamu. Dimana Allah ta’ala telah berfirman: “Tidak ada satupun makhluk yang melata di bumi melainkan Allah menjamin rezekinya” (Q.S: Huud: 6). Dan kau itu termasuk dari dawaab (makhluk yang hidup di permukaan bumi).

فَاشتَغِل بِمَا طَلبَ مِنكَ مِنَ العَمَلِ لَهُ، عَمَّا ضَمَنَ لَكَ مِنَ الرِّزقِ؛ فَإِنَّ مَولاكَ لاَ يَنسَاكَ، وَقَد أَخبَرَكَ أَنَّ رِزقَكَ عِندَهُ، وَأَمَركَ بِطَلَبِهِ مِنهُ بِالعِبادَةِ. فَقالَ تعَالَى: (فَابْتَغُوا عِنْدَ اللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ) {العنكبوت: 17{.

Untuk itu, sibukkanlah kau dengan apa yang telah Ia perintahkan kepadamu yakni beramal ibadah kepada-Nya, tidak tersibukkan dengan apa yang sudah dijaminkan kepadamu yakni urusan rezeki. Karena Tuanmu tidak akan melupakanmu. Telah diberitahukan kepadamu bahwa rezekimu itu di sisi-Nya. Dan Ia telah memerintahmu dengan tuntutan beribadah kepada-Nya. Allah ta’ala telah berfirman: “Maka mintalah rezeki di sisi Allah, sembahlah Dia dan bersyukurlah kalian kepada-Nya” (Q.S: al Ankabuut: 17)

أَمَا تَراهُ سُبحانَهُ يَرزُقُ الكافِرينَ بِهِ الذَّينَ يَعبُدونَ غَيرَهُ ؟ أَفَتَراهُ لاَ يَرزُقُ المؤمِنينَ الذَّينَ لاَ يَعبُدُونَ سِوَاهُ، وَيَرزُقُ العَاصِينَ لَهُ وَالمُخالِفينَ لأمرِهِ؛ أَوَلاَ يَرزُقُ المُطيعينَ لَهُ، المُكثِرينَ مِن ذِكرِهِ وَشُكرِهِ ؟

Apa kau tidak melihat bahwa Allah ta’ala memberi rezeki para kafiriin yakni orang-orang yang menyembah pada selain Allah? Apakah kau kira kalau Allah tidak memberi para mu’miniin yakni orang-orang yang menyembah hanya kepada Allah dan (malah) memberi rezeki kepada orang-orang  yang durhaka dan menentang perintah-Nya? Atau apakah Allah tidak memberi rezeki kepada orang-orang yang mentaati-Nya, orang-orang yang banyak dzikir dan syukurnya?

وَاعلَم أَنَّهُ لا حَرجَ عَليكَ في طَلبِ الرِّزقِ بِالحَركاتِ الظَّاهرَةِ علَى الوَجهِ المَأذونِ لَكَ فيهِ شَرعاً وإِنَّما البَأسُ والحَرجُ في عَدَمِ سُكونِ القَلبِ واهتِمامِهِ وَاضطِرابِهِ وَمُتابَعتِهِ لأوهامِهِ،

Ketahuilah, bahwasanya tidak ada dosa sedikitpun bagimu dalam hal kau mencari rezeki dengan gerakan-gerakan (usaha) nyata dengan cara yang dilegalkan oleh syariat.

Bahaya dan dosa hanya terjadi dalam kondisi tidak adanya ketenangan hati, mementingkan urusan rezeki, mencemaskannya dan mengikuti sangkaan lemahnya.

وَمِمَّا يَدُلُّ عَلى خَرابِ القَلبِ اِهتِمام الإِنسانِ بِما يَحتاجُ إِليهِ في وَقتٍ لَم يَخرُج مِنَ العَدَمِ كاَليَومِ المُقبِلِ وَالشَّهرِ الآتي، وَقَولُهُ: إِذا نَفِذَ هَذا فَمِن أَين يَجيءُ غَيرُهُ، وإِذا لمَ يَجيء الرِّزقُ مِن هذَا الوَجهِ فَمِن أَيِّ وَجهٍ يَأتي؟

Termasuk indikasi yang menunjukkan kerusakan hati manusia adalah memprioritaskan dan mementingkan perkara yang dibutuhkan di waktu yang belum menjadi nyata seperti hari besok dan bulan depan. Dan (termasuk dari indikasi hatinya rusak adalah) ucapannya berupa: “Ketika ini sudah habis, darimana (lagi) datangnya (rezeki yang lain)? Ketika rezeki tidak datang dari cara ini, dari jalan mana lagi rezeki datang?”

وَأمَّا التَّجَرُّدُ عَنِ الأَسبابِ والدُّخولُ فِيها؛ فَهُمَا مَقامانِ يُقيمُ الله فيِهما مِن عِبادِهِ مَن يَشاءُ،

Adapun tajarrud ‘an al asbaab dan melakukan asbab keduanya merupakan dua maqaam (kedudukan) yang telah ditentukan oleh Allah kepada siapapun dari hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki.

فَمَن أقِيمَ في التَّجرُّدِ؛ فَعَليهِ بِقُوِّةِ اليَقينَ ، وَسِعَةِ الصَّدرِ، وَمُلازَمَةِ العِبادَةِ.

Untuk itu, siapapun yang ditempatkan pada maqaam tajarrud maka harus baginya menguatkan keyakinannya, lapang dada dan terus-menerus melakukan ibadah.

وَمَن أقِيمَ في الأَسبابِ؛ فَعليهِ بِتَقوى الله في سَبَبِهِ، وَبِالاِعتِمادِ علَى الله دونَهُ، وَلِيَحذَر مِنَ الاشتِغالِ بِهِ عَن طَاعةِ رَبِّهِ.

Dan siapapaun yang ditempatkan dalam maqam asbaabi maka ia harus bertakwa kepada Allah dalam sabab-sababnya, berpegang teguh hanya kepada Allah dan berhati-hatilah jangan sampai tersibukkan dengan sebab-sebab dan menjauhi ketaatan kepada Tuhannya.

وَقَد تَرِدُ علَى المُريدِ خَواطِرُ في أَمرِ الرِّزقِ، وفي مُراءاةِ الخلَقِ، وفي غَيرِ ذَلكَ ، وَلَيسَ مَلُوماً ، وَلا مَأثُوماً عَليها؛ إِذا كاَنَ كَارِهاً لَها ، وَمجُتَهِداً في نَفيِهَا مِن قَلبِهِ.

Terkadang kekhawatiran terlintas mendatangi si murid mengenai urusan rezeki, ingin dilihat oleh orang lain dan lain sebagainya. Hal tersebut bukanlah hal yang tercela dan tidak dosa dengan catatan ketika ia membenci kekhawatiran tersebut dan berusaha menghilangkan dari hatinya.


Untuk Kitabnya Download Disini

Post a Comment for "Risalah Adab Sulukil Muriid Pasal 16 - Mencari Rezeki"